Special
Day, (12/12/12), Gedung Kesenian Sobokarti semalam penuh penonton. Mereka yang
datang dari 3 generasi menyaksikan bagaimana keindahan harmoni kendang, bonang,
peking, saron, demung kecrak, gong, gambang melodi dan bas dipadu dengan fluid
dan ohu menghentak berirama,
mengiriringi 4 penari yang melenggang menarikan Gambang Semarang. Gedung Kesenian Sobokarti menjadi saksi
sejarah di hasi spesial ini bagi pentas seni khas kota lumpia yang bertajuk
Gambang Semarang Reunian.
“Kali ini yang memainkan pementasan ini adalah generasi ke empat, setelah kami, saya dan teman-teman seangkatan almarhum pak Dimyanto Jayadi adalah angkatan pertama” , papar Ibu Dewi Indah, S.E.,penata tari Goyang Semarang. Prof.Ir.Eko Budihardjo,M.Sc, (budayawan), ketika diminta pendapatnya tentang Gambang Semarang, “Gambang Semarang merupakan satu ‘tengeran’ buat kota Semarang. Kalau Bali punya Pendet, Jakarta punya Gambang Kromong, nah Semarang punya Gambang Semarang gitu ya”.
Tri
Subekso,S.S, Pimpinan pementasan menambahkan “bahwa GAMBANG
SEMARANG REUNIAN merupakan acara yang kami konsep untuk menjawab kerinduan/rasa
penasaran dari penikmat dan seluruh masyarakat yang pernah ada memori tentang
kesenian yang sempat berjaya ini. Rasa cinta pada Gambang Semarang tidak
terbatas oleh ruang dan waktu. Inilah yang manjadi spirit dan harapan baru kami
untuk mengusung kembali dan mempertahankannya hingar binger terpaan budaya
asing di era global. Tidak ada kata terlambat untuk mencintai seni budaya Indonesia,
satu diantara kesenian itu adalah Gambang Semarang”. Tampak hadir di antara
penonton, duduk di deretan undangan adalah budayawan Jongkie Tio, para Dosen
FIB UNDIP Semarang, dan para pecinta seni Semarangan.
Yang istimewa pada pementasan ini adalah bergabungnya alunan Ohu, alat kesenian China yang seperti rebab dalam kesenian Jawa, mengalun membawa harmoni bersama alat music lainnya. Dji Siong Hien (72tahun),mantan pemain terompet pada grup music Jazz di era 60an, sang musisi Ohu bercita-cita akan mengaransemen alat music China bersama para muridnya di Rasa Dharma (Pecinan, Semarang) dan digabungkan dalam satu pementasan dengan Gambang Semarang. “Doakan kami tetap sehat dan semangat, tunggu ya setahun yang akan datang. Saat ini kami latihan terpisah. Nah nanti ketika murid-murid saya sudah siap, baru kami gabungkan biar lebih harmoni, dan lebih hidup Gambang Semarang ini”, kata bapak dari 7 orang anak, 3 di antaranya memiliki jiwa seni, mewarisi bapaknya dan anak ragilnya disekolahkan khusus di sekolah music, mengakhiri pertemuan kami di Gedung Kesenian Sobokarti. (Suprihationo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar